Sabtu, 17 Maret 2018

Sahabat Berhijrah : Rosmala Comfort Syar'i

Lebaran sebentar lagi. 
Pasti sahabat sudah siap-siap mencari baju lebaran,  baik untuk diri sendiri,  anak,  keponakan,  ibu,  dan pasti untuk ibu mertua bagi yang sudah bersuami.

Eits,  tapi...  Apakah sahabat masih bingung harus mencari dimana?  Karena ada beberapa butik yang menawarkan pilihan gamis beserta jilbabnya,  namun ternyata kurang pas di hati.  Sahabat tahu kan?  Kalau sesuatu kurang pas,  pasti akan terasa tidak klik di hati dan juga pastinya tidak nyaman dong ya.

Nah,  coba deh tengok disini. Dimana? 
==> Gerairosmala.com

Sudah?

Jika sahabat masih enggan atau kurang yakin,  cari tahu dulu yuk ada apa disana?
Sahabat duduk saja dulu,  Cenung akan membeberkan banyak tentang Rosmala.

Apa sih Gerai Rosmala itu? Gerai Rosmala adalah butik muslimah yang pemasarannya melalui dua cara,  yaitu online dan offline. 

Untuk sahabat yang berada di Daerah Bandung dan sekitarnya bisa langsung datang ke Gerai Rosmala yang bertempat di Griya Mandala Permai B1 Jatihandap Atas,  Panyandaan Cimenyan,  Mandalamekar,  Cimenyan,  kab Bandung.

Untuk sahabat yang jauh dari Bandung,  seperti saya ini,  tidak usah khawatir.  Karena kita bisa berbelanja langsung ke toko online yang bisa di akses melalui Gerairosmala.com

Makin penasaran?

Di Gerai Rosmala ada berbagai macam gamis dengan desain original yang simple,  nyaman, elegant, dan sesuai syariat. 
Umamah Series in Navy

Gerai Rosmala yang memiliki brand Rosmala comfort syar'i ini tentunya memilih bahan yang nyaman juga buat sahabat. Pertama yang diperhatikan adalah tentu tidak tipis,  namun tetap adem dan nyaman digunakan sahabat yang tinggal didaerah panas,  seperti saya yang domisili di Pati-Jawa tengah. 

Pemilihan warna yang digunakan oleh Rosmala juga kalem dan cocok untuk semua kalangan,  baik dari remaja maupun ibu-ibu. 

Raihanah Series in Dusty Rose

Spesial untuk sahabat yang baru berhijrah,  Rosmala bisa menjadi pilihan busana yang setia menemani langkah sahabat dalam berhijrah. 

Rumaisa Series

Tidak hanya gamis dan himar. Rosmala juga menyediakan handsock.  Sebagai pelengkap untuk berbusana yang syar'i namun tetap elegant,  handsock dari Rosmala jangan sampai ketinggalan ya. 😉

Cantik-cantik kan ya? 
Makin penasaran?  Yuk kita intip di Gerairosmala.com 😉😉


Rabu, 24 Januari 2018

PAINI

Paini.  Usianya 45 tahun.  Orangnya gempal dan berambut pendek.  Jangan tanya bagaimana warna kulitnya.  Yang pasti hitam namun tidak legam. Bisa dibilang standar untuk warna kulit orang desa yang setiap harinya berkutat di sawah.

Orangnya selalu tersenyum dan ceria. Tak pernah marah meski dimaki,  bahkan oleh anak kecil sekalipun.  Pasti! Paini adalah orang yang sabar dan diberi keistimewaan oleh Sang Pencipta.

Dulu,  saat aku masih kecil.  Dia selalu duduk diemperan rumah,  melihat kami yang asik bermain.  Sesekali Paini ikut dalam permainan kami.  Namun sayang, Paini tak bisa mengikuti permainan kami yang terbilang sederhana seperti main petak umpet, bekelan,  atau tekongan.  Akhirnya,  Paini memilih menjadi penonton.

Saat aku dan kawan-kawan main kacang-kacangan, Paini mendekat dan menonton.  Sepertinya Paini ingin sekali mengikuti permainan tersebut,  namun Paini selalu mengelak ketika kami menawarinya.

"Ayo,  giliran kamu Bek... " ucapku menyodorkan kacang bagianku.
"Emoh emoh...  Aku ora iso. " katanya sambil tergelak.
"Lhah,  kok emoh... " Aku pura-pura kecewa.
"Iya e,  Bek Paini ki.  Padahal iso ngitung lho. Age,  nko tak warai. " timpal Mini teman mainku.
"Wes,  kowe wae seng main.  Aku tak nonton. " jawabnya. Lagi-lagi sambil tertawa.
"Yaweslah.. " jawabku dan Mini bersamaan.

Kami melanjutkan permainan. Paini menikmati guyonan yang kami lontarkan sembari tersenyum sendiri.  Aku tak tau apa yang ada didalam pikirnya.

#Part1


Senin, 30 Oktober 2017

Muhasabatun Nafsi

“Innamal mu’minuuna ikhwatun faashlihu baina akhowaikum, wattaqullaha la’allakum turhamuun.”

"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara. Sebab damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu.  Dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat(Q.S. Al-Hujurat; 49:10)"

Sore itu, saat menjelang magrib saya sempatkan membaca ayat Al-quran. Saat itu saya membaca surat Al-Hujurat. Kata demi kata dalam ayat yang terkandung di Alquran saya lantunkan, sembari sesekali saya baca terjemahannya untuk memahami makna yang terkandung di dalam ayat tersebut.

Saya begitu menikmati. Hingga tiba di ayat kesepuluh mata saya terhenti.  Ayat tersebut menampar hati saya, mengingatkan diri ini untuk muhasabah.

Ya, muhasabah. Saya harus melucuti pikiran dan juga hati ini yang tak seorangpun tahu apa isinya kecuali saya dan Dia.

Saya sadar, saya hanyalah manusia biasa. Dari sini, sayapun mulai mengupas satu persatu apa yang saya rasa dan ataupun saya pendam. Sore itu saya buka dan jujur kepada diri saya sendiri. Dan keganjalan demi keganjalanpun saya temukan.

Lihat! Dibalik balutan cantik ini, saya pernah menyimpan rasa iri terhadap seseorang, saya pernah menyimpan rasa tak suka terhadap seseorang, saya pernah merasa benci dengan hewan yang suka mengganggu atau mengotori rumah. Bahkan, saya pernah menyimpan rasa jengkel kepada suami dan anak.

“Duh Gusti... rasa apa ini?” keluh batinku. “Tidakkah bisa saya menyempurnakan batinku agar mulia dan cantik secantik paras ini?”

Dari ayat di atas, saya menarik kesimpulan bahwa persaudaraan adalah rahmat. Dan jika ada persaudaraan yang rusak, bagi saya hal utama yang merusak adalah karena prasangka buruk yang dimiliki dari masing-masing pribadi manusia. Maka untuk memperbaiki hubungan antar manusia, hal utama yang dibutuhkan adalah ketulusan hati, kemuliaan rasa, tanpa prasangka dan tanpa kebencian.

Dari sini,  kita akan memiliki bekal untuk bisa menjadi insan yang bersahabat. Kita juga bisa menjadi insan yang mau berdamai dengan diri kita sendiri dan orang lain,  sekalipun orang tersebut pernah membuat kita jengkel.

Jika rasa benci menjalari hati dan pikiran kita, maka marilah kita bermuhasabah terlebih dahulu. Dan mari kita berbenah diri hingga kita bisa melakukan kebaikan dan menebarkan kebaikan. Karena hal baik bisa dilakukan dari diri kita sendiri, meskipun itu kecil.

Sayapun berdoa, “Ampunilah segala dosa saya dan dosa keluarga saya, dan jauhkanlah hati kami dari prasangka buruk.”

Akhirnya saya mengakhiri muhasabah di penghujung sore ini. Dan tilawah inipun harus saya akhiri karena adzan magrib telah berkumandang. Saya beranjak meletakkan mushaf dan melangkan kaki menuju surau terdekat untuk melakukan sholat magrib berjamaah.

Kamis, 05 Oktober 2017

Rindu untuk Ayah

Ketika si kecil menggapai rindunya bersama Ayah.  Tak ada lagi yang lebih penting.  Semua inginnya dilalui bersama Ayah.

Tiga minggu. Waktu yang tak singkat juga tak lama.  Namun,  ketika Ayah tak kunjung datang,  tiga minggu serasa seabad.

"Bunda,  Ayi sedih...  Pingin ikut Ayah... " ucapnya di sore hari, dikala kami sedang bersantai.

"Lha,  Ayah masih kerja,  Mas.  Mau telpon Ayah?" tawarku pada si kecil.

"Mau.  Yang ada gambar Ayah ya,  Bun."

"Oke... " Aku beranjak mengambil smart phone kesayanganku.  Ku buka Wathsapp, lalu kucari kontak Ayah yang sudah dihafal oleh di kecil.

Kutekan icon video call. Kutunggu beberapa detik,  namun tiada jawaban.

" Belum diangkat,  Mas.  Mungkin Ayah masih sibuk." ucapku sambil mendekati mas Fachri yang menanti sambil bermain mobil kecil.

"Gak diangkat,  Bun?  Telpon lagi,  Bun... " pintanya.

Kutekan sekali lagi sambil melihat wajah imut mas Fachri yang sedang membaca bismillah.

"Diangkat,  Mas!" seruku.

Seketika hand phone berpindah ke tangan mungil mas Fachri.

"Ayah...  Ayi tadi sekolah.  Ayah lagi apa?" tanya mas Fachri.

"Ayah masih kerja ini,  Dik...  Ayi lagi apa?  Udah maem belum? " terdengar suara Ayah  dari seberang.

Mereka terhanyut dalam obrolan via video call,  dan aku masih menanti giliran untuk ngobrol dengan Ayah.  Namun,  terkadang aku tidak mendapatkannya.  Karena Ayah masih sibuk dengan tugasnya dan menyempatkan ber say hello dengan sang jagoan.

"Ayah cepet pulang ya... Da da...  Assalamualaikum... " terdengar suara mas Fachri menutup percakapan.

"Iya,  Dik...  Dua hari lagi Ayah pulang...  Waalaikumsalam..."

"Sudah,  Bun." mas Fachri menyodorkan Hand phone yang masih menyala.

"Belum dimatiin? Yah,  gak dimatiin?" tanyaku sambil beralih melihat layar berukuran 8,5 inc.

"Iya,  udah dulu ya Bun...  Dua hari lagi Ayah pulang... "

"Oke... " ucapku penuh kebahagiaan karena tak lama lagi Ayah pulang.

"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Obrolan pun terputus,  dan saya kembali bermain menemani mas Fachri yang sudah kembali sumringah.

Memamg,  terkadang rindu itu datang secara tiba-tiba.  Dan rindu itu tidak hanya kepada sepasang kekasih atau lawan jenis.  Rindu anak ke orang tua atau sebaliknya adalah rindu yang dahsyat.  Ada yang bisa menjelaskan dengan untaian kata?


Sabtu, 23 September 2017

Lotek dan Ngidam

Foto by. Google

Lotek dan Ngidam,  benarkah ada hubungannya? 
Saya kira ini kebetulan.  Kebetulan saya ingin makan lotek, dan inginnya pada waktu lewat tengah malam.  

Menurut saya,  tengah malam memang waktu yang pas untuk berangan.  Apalagi saat perut minta perhatian.  Entah mulai dari sedikit mules atau keroncongan yang berlebihan. 

Kebetulan,  dua hari yang lalu saat saya di Pti,  ingin rasanya beli lotek.  Tapi entah mengapa,  panas yang begitu terik menyurutkan langkah untuk mengunjungi warung lotek yang jaraknya lumayan jika dijangkau dari kantor Dinsos.  Walhasil,  saya pun mengurungkan niat dan mencari alternatif lain,  yaitu membeli nasi dan tempe penyet. 

Malam ini,  di tengah terjaganya saya dari tidur,  tiba-tiba nama lotek beserta atribut imajinasi suguhan lotek begitu memadati akam pikir saya. 

Iya,  lotek.  Saya pikir tidak usah jauh-jauh ke Jogja untuk menikmati lotek yang menggoyang lidah.  

Maka,  sayapun mencari alternatif lain.  Mencari resep lotek di google. Namun,  saya tidak berselera.  Inginnya satu,  beli lotek yang siap saji dan siap santap. Tapi santai,  semua ini bisa ditahan sampai waktu memungkinkan. 

Lalu,  apakah benar ini ada hubungannya dengan ngidam? 

Semua ibu hamil mungkin pernah mengalami yang namanya ngidam.  Dan ngidam itu datangnya secara tiba-tiba dan tak dinyana.  Adapun ngidam,  menurut saya kembali ke pribadi masing-masing si ibu hamil.  Apakah harus segera dituruti atau diajak bersahabat sampai kondisi benar-benar memungkinkan untuk menuruti keinginan. 

Saya kira,  kita bisa menjadi calon ibu atau ibu bijak dan cerdas. Jadi,  yuk cerdas hadapi ngidam.  
Semoga sehat Bunda dan calon debay. 

Senin, 11 September 2017

Sepeda


Pagi ini,  saya mengantar mas Fachri ke sekolah.  Biasanya diantar Uti,  tapi karena suatu hal,  kami harus gantian.

Kesempatan seperti ini,  sedikit langka bagi saya.  Jadi,  sejak dari rumah kamera Hp saya selalu on,  saya jepret di setiap gerak mas Fachri yang menurut saya menarik.

Salah satunya adalah parkir sepeda. Ternyata mas Fachri memilih untuk memarkirkan sepedanya di bawah pohon.  Sepeda itu diparkir dengan apiknya,  dan ditata agar tampak lurus.

Di PAUD ANGGREK pelemgede,  ada dua anak yang selalu naik sepeda saat berangkat dan pulang sekolah.  Mereka adalah mas Fachri dan mas Dika.  Mereka berdua kenal di PAUD. Dan sekarang mereka akrab,  bak sahabat sejati.  Namun,  saya belum tahu apakah di usia mas Fachri sudah mengenal konsep sahabat?

Sejauh pengamatan saya,  mas Fachri akan menganggap seseorang itu sebagai teman ketika mas Fachri sudah kenal dan nyaman dengan orang tersebut.

Dan mungkin,  begitulah sejatinya teman atau sahabat.  Mereka adalah orang yang membuat kita nyaman,  baik dalam keadaan senang ataupun sedih. Benarkah begitu?

Senin ini ternyata penuh kejutan.  Saya menemukan beberapa hal yang baru yang bisa diterima oleh mas Fachri.
 
1. Ini adalah kali pertama mas Fachri mau memakai baju berbahan katun dengan senang hati.  Iya,  seragam yang digunakan itu masih baru.  Belum pernah dicoba.  Kemaren dapet langsung saya cuci terus dipake hari senin.  Belum dipermak,  jadi masih kegedean.  Tapi,  tetep kece dipake...  😂😂😂

2. Sepatu hitam yang diberi nama Hachika.  Sepatu itu adalah pilihan mas Fachri sendiri. Sudah lama sepatu itu ditelantarkan dan gak dipakai, karena milih pakai sepatu merah,  si sepatu super.  Dan pagi ini,  karena memakai seragam,  ternyata pilihan sepatu jatuh pada si hitam,  Hachika.  Kata  mas Fachri,   "merah sama orange gak pas.  Baguse sama hitam... "😂😂😂

Jumat, 08 September 2017

Watermelon


Ada yang tau lagu  Watermelon? Saya yakin, banyak sahabat yang tahu tentang lagu tersebut.

Lagu Watermelon tidak asing. Banyak dinyanyikan, baik dikalangan anak-anak,  remaja,  pun hingga emak-emak. Sungguh,  lagu yang begitu populer.

Siang ini. Ditengah teriknya panas yang mengudara.  Saya pulang kerja dengan memilih jalan kaki.  Iya,  tidak apa-apa.  Sesekali.  Ingin merasakan kenikmatan gendong tas ransel dibawah teriknya sinar mentari.  Dan ternyata aku tidaklah setangguh pada masa kuliah. Dulu,  kampus - Kos saya jabani jalan kaki,  meski hari masih atau sudah terik.  Apalagi Kos - Mirota,  panas yang merekah pun akan terkalahkan. 😂😂😂

Siang ini saya cuma jalan sedikit.  Tidak ada 1KM,  dan itu di RT sebelah.  Kebetulan tadi Pertemuan Kelompok untuk ibu-ibu PKH Pelemgede.  Jadi, dari Kecamatan saya pulangkan motor dan  saya jalan kaki menuju lokasi.   Sungguh,  panasnya terasa luar biasa.

Namun,  mungkin panas ini tidaklah seberapa dibanding dengan panasnya diluar sana.  Dimana?  Di lokasi-lokasi yang terjadi musibah kebakaran,  pembakaran,  atau bahkan pembantaian.

Sesampai di rumah,  panas ini semakin terasa karena tidak ada sambutan ceria si kecil.  Usut punya usut,  ternyata Mas Fachri sedang main ke rumah mbak Esti. Dan,  hanya satu yang ingin kulakukan,  minum sebanyak-banyaknya di depan kulkas.

Selang beberapa menit, aku mendengar langkah kecil dan suara imutnya dari depan rumah.  Mas Fachri ternyata melantunkan lagu.

"Watermelon - watermelon,  banana-banana,  papaya - papaya,  tomato - tomato."

Seketika,  aku tepuk tangan girang dan menyapanya.

Apa yang teman-teman bayangkan ketika mendengar lagu tersebut?
Mungkin buah yang segar.... 🍉🍉🍉

Namun,  selain bayangan buah yang segar,  ternyata lagu tersebut membawa kenangan dan ingatan tersendiri 4 tahun silam,  saat diklat PKH di Balai Diklat Yogyakarta.  Ada apa gerangan dengan lagu tersebut?  Lagu yang unik dan sudah dimodifikasi beserta gerakan-gerakan yang luar biasa datangkan semangat dan gelak tawa.  Dulu,  saat diklat lagu itu dinyanyikan oleh mbak Anik,  Pendamping PKH Margorejo - Pati.

Ingatkah kalian,  sobat?